Rabu, 26 Juni 2013

TUGAS SOFTSKILL SEMESTER 6, Munif Aprianto, 44210865, 3DA04.

                                               
                            ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DAN RATIO
 
LAPORAN KEUANGAN
Sebelum membahas lebih jauh mengenai Analisis Rasio Keuangan, akan dibahas terlebih dahulu apakah laporan keuangan itu?. Laporan keuangan adalahcatatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinereja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.
Jenis-jenis laporan keuangan terdiri dari :
1. Neraca
Laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu. Neraca menyajikan dalam data historikal aktiva yang merupakan sumber operasi perusahaan yang dijalankan, utang yaitu kewajiban perusahaan, dan modal dari pemegang saham perusahaan.

2. Laporan Laba Rugi
Laporan keuangan yang berisikan informasi tentang keuntungan atau kerugian yang diderita oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Pada laporan ini menyajikan data pendapatan sebagai hasil usaha perusahaan dan beban sebagai pengeluaran operasional perusahaan.

3. Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Biasanya disebut daftar sumber dan penggunaan dana, menunjukkan asal kas diperoleh dan bagaimana digunakannya. Laporan perubahan posisi keuangan menyediakan latar belakang historis dari pola aliran dana. Laporan ini terbagi menjadi dua yaitu; Laporan Perubahan Modal Kerja dan Laporan Arus Kas. Laporan Perubahan Modal Kerja menyajikan data-data aktiva lancar dan utang lancar, sedangkan Laporan Arus Kas menyajikan data-data mengenai arus kas dari kegiatan operasional, kegiatan investasi, kegiatan keuangan/pembiayaan, dan saldo kas awal, serta saldo kas akhir.

4. Catatan dan laporan lain sebagai penjelasan bagi laporan keuangan
Catatan dan laporan lain merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan-catatan ini tergantung pada kebijakan akuntansi yang digunakan pada waktu mempersiapkan laporan keuangan dan memberi tambahan detail mengenai beberapa bagian di laporan keuangan. Misalnya, Laporan Harga Pokok Produksi, Laporan Perubahan Modal atau Laba Ditahan, Laporan Kegiatan Keuangan.
Menurut Statement of Financial Accounting Concept No. 1.Tujuan dan manfaat laporan keuangan adalah:
  1. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yg dapat membantu investor kreditor dan pengguna lain yg potensial dalam membuat keputusan lain yg sejenis secara rasional.
  2. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yg dapat membantu investor kreditor dan pengguna lain yg potensial dalam memperkirakan jumlah waktu dan ketidakpastian penerimaan kas di masa yg akan datang yg berasal dari pembagian deviden ataupun pembayaran bunga dan pendapatan dari penjualan.
  3. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang sumber daya ekonomi perusahaan. Klaim atas sumber daya kepada perusahaan atau pemilik modal.
  4. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang prestasi perusahaan selama satu periode. Investor dan kreditor sering menggunakan informasi masa lalu utk membantu menaksir prospek perusahaan.
Menurut PSAK (2004) pihak-pihak yg memanfaatkan laporan keuangan adl (IAI2004) :
  1. Investor. Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dgn risiko yg melekat serta hasil pengembangan dari investasi yg mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi utk membantu menentukan apakah harus membeli menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yg memungkinkan mereka utk menilai kemampuan perusahaan utk membayar dividen.
  2. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yg mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dgn informasi yg memungkinkan mereka utk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
  3. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dgn informasi keuangan yg memungkinkan mereka utk memutuskan apakah pinjaman serta bunga dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
  4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lain tertarik dgn informasi yg memungkinkan mereka utk memutuskan apakah jumlah yg terhutang akandibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yg lbh pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
  5. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dgn informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.
  6. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yg berada di bawah kekuasaa berkepentingan dgn alokasi sumber daya dan krn ini berkepentingan dgn aktivitas perusahaan mereka menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar utk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
  7. Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misal perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional termasuk jumlah orang yg dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dgn menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
ANALISIS RASIO KEUANGAN
Laporan keuangan merupakan alat yg sangat penting utk mendapatkan informasi sehubungan dgn posisi keuangan dan hasil-hasil yg dicapai oleh perusahaan. Data keuangan tersebut akan lbh berarti jika diperbandingkan dan dianalisis lbh lanjut sehingga dapat diperoleh data yg dapat mendukung keputusan yg diambil.
Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisa prestasi operasi perusahaan. Analisis rasio keuangan juga dapat dipergunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian keuangan. Analisis rasio keuangan biasanya dikelompokan kedalam empat kelompok rasio, yaitu antara lain :
A.     RASIO LIKUIDITAS
Rasio likuiditas, mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya.
1.    Current ratio, adalah rasio antara aktiva lancar dibagi dengan utang lancar, rasio ini merupakan alat ukur bagi likuiditas (solvabilitas jangka pendek)
a.       Aktiva lancar meliputi kas, surat berharga, piutang dan persediaan.
b.      Utang lancar meliputi utang pajak, utan bunga,utang wesel, utang gaji, jangka pendek lainnya.
2.    Cash Ratio,  digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih liquid (liquid assets).
3.    Quick Ratio (Acid Test Ratio), adalah rasio antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar. Rasio ini mengukur solvabilitas jangka pendek tetapi tidak memperhitungkan persediaan karena persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang liquid.
4.    Working Capital to Total Assets Ratio dipergunakan untuk mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto).
B.      RASIO LAVERAGE
Rasio laverage yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang, kreditur akan melihat proporsi modal sendiri untuk menentukan margin of safety. Tetapi bagi pemilik perusahaan pemenuhan kebutuhan dana dengan menarik utang akan memberi manfaat (a) kontrol perusahaan tidak berkurang, (b) jika perusahaan memperoleh tingkat keuntungan yang jauh lebih besar daripada bunga yang harus dibayarkan kepada kreditur maka pemilik perusahaan akan memperoleh manfaat besar.
1.    Total Debt to Ratio, Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar jumlah rupiah modal sendiri yang dijaminkan atas hutang. Semakin besar rasio ini akan semakin menguntungkan perusahaan, sedangkan bagi pihak bank akan mengakibatkan semakin besar risiko yang ditanggungnya
2.    Total Debt to Capital Aset, Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin keseluruhan kewajiban atau hutang
3.    Long Term Debt to Equity Ratio, Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang.
4.    Tangible Aset Debt Coverage, Rasio ini digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap tangible yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang
5.    Time Interest Earned Ratio, adalah rasio antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga yang mengukur seberapa besar keuntungan dapat berkurang tanpa mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena perusahaan tidak mampu membayar bunga.
C.      RASIO AKTIVITAS
Rasio aktivitas mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya.
1.     Total Assets Turnover, Rasio ini mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan total aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan pada aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan.
2.    Receivables Turnover, Rasio ini menunjukkan besarnya modal kerja yang tertanam dalam piutang dan berapa kali piutang rata-rata ditagih dalam periode tersebut. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin rendah modal kerja yang ditanamkan dalam piutang.
3.    Average Collection Periode, digunakan untuk mengukur periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang (dalam satuan hari). Jika menghasilkan angka yang semakin kecil menunjukan hasil yang semakin baik
4.    Inventory Turnover, digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tertentu, atau likuiditas dari persediaan dan tendensi adanya “overstock”.
5.    Average Day's Inventory, digunakan untuk mengukur periode (hari) rata-rata persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan
6.    Working Capital Turnover, digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja (netto) yang berputar pada suatu periode siklus kas (cash cycle) yang terdapat diperusahaan
D.     RASIO PROFITABILITAS
Rasio ini mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannyadengan penjualan maupun investasi.
1.    Gross Profit Margin, adalah rasio antara penjualan dikurang dengan harga pokok penjualan (laba kotor) dengan penjualan. Rasio ini mengukur laba kotor yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. GPM yang rendah dari rata-rata industri menunjukan bahwa harga jual perusahaan relatif lebih rendaj atau hpp yang relatif lebih tinggi atau keduanya.
2.    Operating Income Ratio (Operating Profit Margin), dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan
3.    Operating Ratio, digunakan untuk mengukur biaya operasi per rupiah penjualan, semakin kecil angka rasio menunjukan kinerja yang semakin baik.
4.    Net Profit Margin (Sales Margin), adalah rasio antara (EAT) laba setelah pajak dengan penjualan yang mengukur laba bersih (EAT) yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Rasio ini juga dibandingkan dengan rata-rata industri.
5.    Earning Power of Total Investment  (Rate of Returnan Total Assets), Digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi + saham).
6.    Net Earning Power Ratio (Rate of Return on Invesment/ROI), adalah rasio antara laba setelah pajak (EAT) dengan total aktiva. Rasio ini mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi total atau ROI digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih
7.    Rate of The Owners (Rate of Return on Net Worth), adalah rasio antara laba setelah pajak dengan net worth atau modal sendiri, yang menunjukan besarnya laba yang tersedia bagi pemegang saham dan Digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa.
Manfaat dan Keterbatasan Analisis Rasio
Sebelum diketahui manfaat yang dapat diperoleh dari analisis rasio yang digunakan, sebaiknya diketahui terlebih dahulu maksud dilakukannya analisis terhadap laporan keuangan yaitu dengan mempelajari hubungan dan tendensi yang ada diharapkan dapat menentukan posisi dan kondisi keuangan serta hasil operasi perusahaan maupun perkembangannya di masa yang akan datang.
Weston dan Brigham (1998) menyatakan, “Analisis rasio digunakan oleh tiga kelompok utama:
  1. Manajer, yang menggunakan rasio-rasio tersebut untuk menganalisis, mengendalikan, dan memperbaiki operasi perusahaan;
  2. Analisis kredit, seperti petugas kredit bank atau analis yang menetapkan peringkat obligasi (di AS), yang menganalisis rasio untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan membayar hutangnya; dan
  3. Analisis sekuritas, yaitu analis saham yang berkepentingan atas efisiensi dan prospek pertumbuhan perusahaan, dan analis obligasi yang berkepentingan atas kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan pokok obligasi serta nilai likuidasi aktiva dalam hal terjadinya kepailitan”(h. 312-313).
Weston et al. (1998) menyatakan, “Kita juga harus memperhatikan bahwa meskipun analisis rasio dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan operasi dan keadaan keuangan perusahaan, namun di dalamnya terdapat masalah dan keterbatasan yang memerlukan kehati-hatian dan pertimbangan. Sebagian dari masalah tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Banyak perusahaan besar mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda pada industri yang sangat berlainan, dan dalam keadaan semacam itu sukarlah untuk mendapatkan rata-rata industri yang bisa digunakan sebagai bahan pembanding yang tepat.
  2. Hampir semua perusahaan ingin berprestasi di atas rata-rata (meskipun pada kenyataannya separuh akan di bawah dan separuh lagi di atas rata-rata), sehingga pencapaian prestasi rata-rata semata belumlah harus dinyatakan baik.
  3. Inflasi menyebabkan distorsi besar pada neraca – nilai yang tercatat di neraca kerap kali sangat berbeda dari nilai yang sebenarnya.
  4. Faktor-faktor musiman juga menyebabkan ketimpangan pada analisis rasio.
  5. Perusahaan dapat menggunakan teknik “window dressing”(teknik untuk mempercantik laporan keuangan) agar laporan keuangannya kelihatannya lebih baik bagi analisis kredit.
  6. Perbedaan praktek operasi dan akuntansi bisa menyebabkan distorsi dalam perbandingan.
  7. Sebenarnya sukar untuk menetapkan secara pasti apakah suatu rasio baik atau buruk.
  8. Suatu perusahaan bisa mempunyai sejumlah rasio yang kelihatan baik sedangkan rasio lainnya jelek, sehingga sulit untuk mengatakan apakah secara keseluruhan perusahaan ini baik atau buruk”(h. 313-314).
Berikut kami melampirkan contoh laporan keuangan PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang kemudian akan kami cari dan bahas cara perhitungan serta mencari hasil persentase dari setiap rasio yang telah kami jabarkan diatas :


Tabel 1.1 Perhitungan Ratio
Sumber : PT. Astra Agro Lestari Tbk.













Metode Perhitungan
Tahun 2007
Interpretasi Tahun 2007
Tahun 2008
Interpretasi Tahun 2008
Kesimpulan
I. Ratio Likwiditas
Kemampuan Perusahaan untuk membayar hutang yang harus dipenuhi adalah setiap hutang lancar Rp. 1,- dijamin oleh aktiva lancar  Rp. 1,61
Kemampuan Perusahaan untuk membayar hutang yang harus dipenuhi adalah setiap hutang lancar Rp. 1,- dijamin oleh aktiva lancar  Rp. 1,94
Kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancar naik pada tahun 2008, karena bertambahnya jumlah aktiva tetap dan berkurangnya jumlah hutang lancar.
a. Current Ratio
Aktiva Lancar
= 1.647.854
= 1.975.656
Hutang Lancar
1,027,958
1,016,167
= 1,61
= 1,94
Kemampuan Perusahaan untuk membayar hutang yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia, setiap hutang lancar  Rp. 1,- dijamin oleh kas sebesar Rp. 1,61
Kemampuan Perusahaan untuk membayar hutang yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia, setiap hutang lancar  Rp. 1,- dijamin oleh kas sebesar Rp. 0,85
Kemampuan perusahaan untuk membayar hutang lancar dgn menggunakan Kas menurun pada tahun 2008, karena jumlah Kas yang berkurang namun Hutang Lancarnya bertambah.
b. Cash Ratio
Kas + Efek
= 1.012.772
= 867.676
(Ratio of immediate solvency)
Hutang Lancar
1,027,958
1,016,167
= 1,11
= 0,85
Kemampuan Perusahaan untuk membayar hutang yang harus dipenuhi dgn aktiva lancar yg lebih Likuid   yang tersedia, setiap hutang lancar  Rp. 1,- dijamin oleh aktiva  sebesar Rp. 1,09
Kemampuan Perusahaan untuk membayar hutang yang harus dipenuhi dgn aktiva lancar yg lebih Likuid   yang tersedia, setiap hutang lancar  Rp. 1,- dijamin oleh aktiva  sebesar Rp. 0,87
Kemampuan Perusahaan untuk membayar hutang yang harus dipenuhi dgn aktiva lancar yg lebih Likuid   yang tersedia menurun pada tahun 2008, karena menurunnya jumlah Piutang sedangkan jumlah Hutang Lancarnya bertambah.
c. Quick  (Acid test) Ratio
Kas + Efek + Piutang
= 1.012.958 + 111.664
= 867.676 + 16.346
Hutang Lancar
1,027,958
1,016,167
= 1,09
= 0,87
Likwiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja pada tahun 2007 sebersar 0,11
Likwiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja pada tahun 2008 sebersar 0,12
Likwiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja naik pada tahun 2008 sebersar 0,1, karena jumlah aktiva pada tahun 2008 bertambah
d. Working Capital to Total Asset Ratio
Aktiva Lancar - Hutang Lancar
= 1.647.854 - 1.027.958
= 1.975.656 - 1.183.215
Jumlah Aktiva
5,352,986
6,519,791
= 0,11
= 0,12
II. Ratio Leverage
Besarnya jumlah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan Hutang pada tahun 2007, Rp. 1,- pada modal menjamin hutang sebesar Rp. 1,32
Besarnya jumlah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan Hutang pada tahun 2008, Rp. 1,- pada modal menjamin hutang sebesar Rp. 1,36
Besarnya jumlah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan Hutang pada tahun 2008 naik sebesar Rp.0,4,
a. Total Debt to Ratio
Hutang Lancar + Hutang Jangka Panjang
= 1.027.958 + 122.617
= 1.016.167 + 167.346
Jumlah Modal Sendiri
870,849
870,849
= 1,32
= 1,36
Beberapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang lancar, Rp. 0,22 hutang lancar pada setiap rupiah Akiva
Beberapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang lancar, Rp. 0,19 hutang lancar pada setiap rupiah Akiva
Besarnya bagian aktiva lancar yang digunakan untuk menjamin hutang lancar menurun pada tahun 2008, karena bertambahnya jumlah Hutang lancar pada tahun 2008.
b. Total Debt to Total Capital Assets
Hutang Lancar + Hutang Jangka Panjang
= 1.027.958 + 122.617
= 1.016.167 + 167.849
Jumlah Modal / Aktiva
5,352,986
6,519,791
= 0,22
=0,19
Bagian dari  modal sendiri yang di jadikan jaminan pada tahun 2007 sebesar Rp. 0,14 untuk setiap rupiah Hutang Lancar.
Bagian dari  modal sendiri yang di jadikan jaminan pada tahun 2008 sebesar Rp. 0,19 untuk setiap rupiah Hutang Lancar.
Besarnya bagian Modal Sendiri  yang digunakan untuk menjamin hutang lancar naik pada tahun 2008, karena bertambahnya jumlah Hutang lancar pada tahun 2008.
c. Long Term Debt to Euqity Ratio
Hutang Jangka Panjang
= 122.617
= 167.048
Modal Sendiri
870,849
870,849
= 0,14
= 0,19
Besarnya aktiva Tangible yang dijadikan jaminan untuk Hutang Jangka Panjang pada tahun 2007 sebesar Rp. 35,27 untuk setiap rupiah Hutang Jangka Panjang
Besarnya aktiva Tangible yang dijadikan jaminan untuk Hutang Jangka Panjang pada tahun 2007 sebesar Rp. 32,95 untuk setiap rupiah Hutang Jangka Panjang
Besarnya bagian Aktiva Tangible  yang digunakan untuk menjamin hutang Jangka Panjang naik pada tahun 2008, karena bertambahnya jumlah Aktiva Tangible pada tahun 2008.
d. Tangible Assets Debt Coverage
Jumlah Aktiva - Intangibles - Hutang Lancar
= 5.352.986 - 1.027.958
= 6.519.791 - 1.016.167
Hutang Jangka Panjang
122,617
167,048
= 35,27
= 32,95
Besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bungan Hutang Jangka Panjang. Setiap rupaih Bunga Hutng Jangka Panjang pada tahun 2007 dijamin oleh Keuntungan Rp. 23,8
Besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bungan Hutang Jangka Panjang. Setiap rupaih Bunga Hutng Jangka Panjang pada tahun 2008 dijamin oleh Keuntungan Rp. 23,64
Besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bungan Hutang Jangka Panjang. Menurun pada tahun 2008, menjadi Rp. 23,64 setiap rupiahnya.
e. Times Interest Earned Ratio
EBIT
= 2.920.242
= 3.949.435
Hutang Jangka Panjang
122,617
167,048
= 23,8
= 23,64
III. Ratio Aktivitas
Dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva pada tahun 2007, rata-rata berputar 1,11x atau setiap rupiah aktiva berputar selama setahun dapat menghasilkan revenue sebesar Rp.1,11
Dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva pada tahun 2008, rata-rata berputar 1,25x atau setiap rupiah aktiva berputar selama setahun dapat menghasilkan revenue sebesar Rp.1,25
Perputaran dana pada tahun 2008 meningkat dibandingkan 2007, hal ini terjadi karena penjualan pada tahun 2008 meningkat.
a. Total Assets Turnover
Penjualan Neto
= 5.960.954
= 8.161.217
Jumlah Aktiva
5,352,986
6,519,791
= 1,11
= 1,25
Dana yang tertanam pada Piutang berputar dalam periode tertentu, pada tahun 2007 rata-rata dana yang tertanam dalam Piutang berputar 25x
Dana yang tertanam pada Piutang berputar dalam periode tertentu, pada tahun 2008 rata-rata dana yang tertanam dalam Piutang berputar 25x
Dana yang tertanam pada Piutang berputar dalam periode tertentu, pada tahun 2007- 2008 rata-rata dana yang tertanam dalam Piutang berputar 25x
b. Receivables Turnover
Penjualan Kredit
= 111.664
= 16.346
Piutang Rata-Rata
4,466.56
653.84
= 25
= 25
Piutang pada tahun 2007 dikumpulkan rata-rata setiap 15 hari sekali.
Piutang pada tahun 2008  dikumpulkan rata-rata setiap 15 hari sekali.
Piutang pada tahun 2007-2008 dikumpulkan rata-rata setiap 15 hari sekali.
c. Average Collection Periode
Piutang Rata-Rata x 360
= 4.466,56 x 360
= 653,84 x 360
Penjualan Kredit
111,664
16,346
= 14,4
= 14,4
Dana yang tertanam dalam Inventory  pada tahun 2007 berputar rata-rata 6,7x dalam setahun
Dana yang tertanam dalam Inventory  pada tahun 2008 berputar rata-rata 5,5x dalam setahun
Dana yang tertanam dalam Inventory  pada tahun 2008 menurun, karena walaupun HPP pada tahun 2008 naik tetapi Persediaan yang masih ada dalam gudang pun meningkat.
d. Inventory Turnover
Harga Pokok Penjualan (HPP)
= 2.801.648,38
= 4.325.445,01
Inventory Rata-rata
413,813
781,363
= 6,7
= 5,54
Persediian (Inventory) yang masih tersedia dalam gudang, rata-rata selama 53,2 hari.
Persediian (Inventory) yang masih tersedia dalam gudang, rata-rata selama 65,03 hari.
Persediian (Inventory) yang masih tersedia dalam gudang pada tahun 2008 menurun, hal ini mungkin karena kenaikkan harga pada barang dagang.
e. Average Day's Inventory
Inventory Rata-Rata x 360
= 413.813 x 360
= 781.363 x 360
HPP
2,801,648.38
4,325,445.01
= 53,2
= 65,03
                 
Dana yang tertanam dalam modal kerja pada tahun 2007, berputar rata-rata 9,6x dalam setahun
Dana yang tertanam dalam modal kerja pada tahun 2008, berputar rata-rata 8,5x dalam setahun
Dana yang tertanam dalam modal kerja pada tahun 2008 menurun, Penjualan yang dihasilkan lebih kecil dari Hutang Lancar yang dimiliki perusahaan.
f. Working Capital Turnover
Penjualan Neto
= 5.960. 954
= 8.161.217
Aktiva Lancar - Hutang Lancar
1.647.854 - 1.027.958
1.975.656 - 1.016.167
= 9,6
= 8,50
IV. Ratio Keuntungan (Profitabilitas)
Laba bruto per rupiah penjualan. Pada tahun 2007 setiap rupiah penjualan menghasilkan laba bruto Rp. 0,53
Laba bruto per rupiah penjualan. Pada tahun 20078setiap rupiah penjualan menghasilkan laba bruto Rp. 0,47
Laba bruto per rupiah penjualan. Pada tahun 2008 menurun, hal ini terjadi karena naiknya HPP barang dagang.
a. Gross Profit Margin
Penjualan Neto - HPP
= 5.960. 954 - 2.801.648,38
= 8.161.217 - 4.325.445,01
Penjualan Neto
5,960,954
8,161,217
= 0,53
= 0,47
Laba Operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Setiap rupiah penjualan pada tahun 2007 menghasilkan laba operasi sebesar Rp. 48
Laba Operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Setiap rupiah penjualan pada tahun 2008 menghasilkan laba operasi sebesar Rp. 41
Laba Operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Setiap rupiah penjualan pada tahun 2008 menurun hanya menghasilkan laba operasi sebesar Rp. 41
b. Operating Income Ratio
Penjualan Neto - HPP - By, Adm, PJ, Umum
= 5.960.954 - 2.801.648,38 - 281.162 - 14.197
= 8.161.217 - 4.325.445,01 - 426.055
 (Operating Profit Margin)
Penjualan Neto
5,960,954
8,161,217
= 0,48
= 0,41
Setiap rupiah penjualan pada tahun 2007 mempunyai biaya operasi Rp. 0,52
Setiap rupiah penjualan pada tahun 2008 mempunyai biaya operasi Rp. 0,58
Setiap rupiah penjualan pada tahun 2008 meningkat, hal ini terjadi karena Hpp & by. Adm pada perusahaan meningkat.
c. Operating Ratio
HPP + By. Adm, Penjualan, Umum
= 2.801.648,38 + 281.162
= 4.325.445,01 + 426.055
Penjualan Neto
5,960,954
8,161,217
= 0,52 atau 52%
= 0,58 atau 58%
Pada tahun 2007 setiap rupiah penjualan menghasilkan keuntungan neto sebesar Rp.0,33
Pada tahun 2008 setiap rupiah penjualan menghasilkan keuntungan neto sebesar Rp.0,32
Pada tahun 2008 penjualan yang dihasilkan menurun, sehingga hanya mendapat keuntungan neto sebesar Rp. 0,32
d. Net Profit Margin (Sales Margin)
Keuntungan Neto Sesudah Pajak
= 1.973.428
= 2.631.019
Penjualan Neto
5,960,954
8,161,217
= 0,33
= 0,32
Setiap satu rupiah modal pada tahun 2007, menghasilkan keuntungan  Rp. 54,55 untuk semua investor
Setiap satu rupiah modal pada tahun 2008, menghasilkan keuntungan  Rp. 60,57 untuk semua investor
Keuntungan yang didapatkan oleh investor pada tahun 2008 naik menjadi Rp. 60,57.
e. Earning Power of Total Investment
EBIT
= 2.920.242
= 3.949.435
     (Rate of Returnan Total Assets)
Jumlah Aktiva
5,352,986
6,519,791
= 0,5455 atau 54,55%
=0,6057 atau 60,57 %
Keuntungan neto yang di dapatkan dari aktiva yang di tanam pada tahun 2007 sebesar Rp. 36,87
Keuntungan neto yang di dapatkan dari aktiva yang di tanam pada tahun 2008 sebesar Rp. 40,35
Keuntungan neto yang di dapatkan dari aktiva yang di tanam pada tahun 2008 naik menjadi sebesar Rp. 40,35
f. Net Earning Power Ratio
Keuntungan Neto Sesudah Pajak
= 1.973.482
= 2.631.019
    (Rate of Return on Invesment/ROI)
Jumlah Aktiva
5,352,986
6,519,791
= 0,36866 atau 36,87%
= 0,4035 atau 40,35%
Pada tahun 2007 setiap rupiah modal sendiri menghasilkan keuntungan neto Rp. 2,26 yang tersedia bagi pemegang saham preferen dan saham biasa
Pada tahun 2008 setiap rupiah modal sendiri menghasilkan keuntungan neto Rp.3,02 yang tersedia bagi pemegang saham preferen dan saham biasa
Pada tahun 2008 setiap rupiah modal sendiri naik, dan menghasilkan keuntungan neto Rp.3,02 yang tersedia bagi pemegang saham preferen dan saham biasa
g. Rate of The Owners
Keuntungan Neto Sesudah Pajak
= 1.973.482
= 2.631.019
(Rate of Return on Net Worth)
Jumlah Modal Sendiri
870,849
370,849
= 2,26 atau 226%
= 3,02 atau 302%






Dari perhitungan Tabel 1.1 maka dapat disimpulkan bahwa :












1. Ratio Likwiditas






Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau untuk membayar hutang dalam bentuk aktiva cukup baik, namun jumlah kas yang dibutuhkan untuk menjamin hutang lancar pada tahun 2008 menurun. Sehingga dari perhitungan diatas bisa di tarik kesimpulan bahwa PT. Astra Agro Lestari dapat membayar hutang lancar dengan tepat waktu.



























2. Ratio Leverage






Kemampuan perusahaan untuk membiayai hutang cukup baik, hal ini bisa dilihat dari naiknya Total Debt to Ratio, Long Term Debt to Euqity Ratio. Dengan demikian kreditur tidak akan khawatir dengan hutang yang diberikan kepada PT. Astra Agro Lestari



























3. Ratio Aktivitas






Kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva & sumber daya yang dimiliki kurang baik, karena banyak persediaan yang tidak terpakai dan menurunnya nilai penjualan.




















4. Ratio Keuntungan






PT. Astra Agro Lestari mengalamin penurunan keuntungan pada tahun 2008, hal ini terjadi karna naiknya HPP sehingga mengakibatkan menurunnya nilai penjualan, dan naiknya by.Adm mengakibatkan uang perusahaan menjadi lebih sedikit.



























Pada perhitungan Ratio PT. Astra Agro Lestari, cara menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP)




Tahun 2007






HPP = ( 1 - GPM ) * Penjualan Bersih





HPP = ( 1 -0,53 ) * 5.960.954






         = 2.801.648,38













Tahun 2008






HPP = ( 1 - GPM ) * Penjualan Bersih





HPP = ( 1 - 0,47 ) * 8.161.217






         = 4.325.445,01
Daftar Pustaka
Nainggolan,Pahala.AkutansiKeuanganYayasandanLembagaNirlabaSejenis.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2005.
 
http://www.ilmu-investasi.com/2012/07/cara-membaca-rasio-laporan-keuangan.html
 







Tabel 1.1 Perhitungan Ratio
Sumber : PT. Astra Agro Lestari Tbk.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar